-
Allah Maha Pencipta
Sungguh indah ciptaan-Nya, Allah maha Indah dan mencintai keindahan
-
Panorama Lingkungan MA. Soebono
Sulit dipungkiri bahwa hanya sedikit sekolahan konsisten dengan melestarikan penghijauan.
-
Gedung Madrasah Ibtidaiyah
Di sebelah gedung MA berdiri kokoh gedung Madrasah Ibtidaiyah
-
featured slide 4 title
Para inisiator pendiri yayasan ini mengharap agar pendidikan di segala bidang terus dikembangkan.
-
Citra Kirana Hadir dalam Acara Haflah Akhir Sanah
Sekolah menjadi tempat paling kondusif mengembangkan semua kreatifitas siswa, termasuk seni dan budaya.
Agar tidak gagal dalam berwirausaha
FAKTOR KEGAGALAN DALAM WIRAUSAHA
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003: 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
•Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
•Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
•Manajemen keuangan kurang tertata. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
•Perencanaan yang kurang matang. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
•Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
•Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
•Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
•Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
https://daraaaxevt.blogspot.com/2023/12/agar-tidak-gagal-dalam-berwirausaha.html?m=1
Wirausaha dalam perekonomian nasional
wirausaha dalam perekonomian nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
•Menciptakan lapangan kerja
•Mengurangi pengangguran
•Meningkatkan pendapatan masyarakat
•Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
•Meningkatkan produktivitas nasional
https://daraaaxevt.blogspot.com/2023/12/faktor-kegagalan-dalam-wirausaha.html?m=1
Proses kewirausahaan
PROSES KEWIRAUSAHAAN
dipengaruhi oleh karakteristik fase sebelumnya. Kesempurnaan ide, organ usaha, dan rekan kerja memengaruhi keberhasilan wirausahawan dalam mengimplementasikan ide. Ide yang masih baru dan belum pernah didengar akan lebih susah diimplementasikan dibandingkan ide yang familiar. [20]
Selain itu, faktor lingkungan memengaruhi bagaimana implementasi ini terjadi. Copper (dalam Moore, 1986) menyatakan bahwa wirausaha akan lebih banyak muncul pada saat industri bertumbuh dengan cepat, adanya kesempatan untuk segmentasi dan modal investasi rendah. Beberapa firma yang berada di daerah dengan tingkat wirausaha tinggi akan lebih mudah mendorong orang untuk meluncurkan ide bisnisnya. [20]
•Growth
sunting
Fase terakhir dari proses kewirausahaan adaah pengembangan. Pada fase ini wirausahawan dianggap telah berhasil membutuhkan kemampuan menejerial untuk bisa memandu pertumbuhan usaha.[20]
Faktor personal yang memengaruhi fase ini antara lain pendidikan dan dan pengalaman dan kemampuan menejerial. Vesper (dalam Moore 1986) meyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman yang dimiliki, semakin besar pula kemampuan wirausahawan dalam mengenali permasalahan awal dan menyelesaikannya sebelum masalah tersebut memengaruhi jalannya usaha. Selain itu, faktor lain seperti efektifitas, struktur, iklim, dan respon lingkungan terhadap usaha memengaruhi fase ini. [21]
yang mempelajari tentang bagaimana perilaku wirausahawan membuat suatu model mengenai bagaimana proses berpikir mereka. Studi ini kemudian dikembangkan oleh Bygrave dan dikenal sebagai proses kewirausahaan. Proses kewirausahaan tersusun atas tiga fase, yakni: innovation, implementation, dan growth. Keempat langkah tersebut dipengaruhi oleh faktor dan lingkungan yang saling memengaruhi setiap langkahnya.[18] Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain: faktor pribadi, dan faktor lingkungan.
•Innovation
sunting
Pada fase ini wirausahawan akan mencari ide dan menyeleksi ide. Untuk itu, hal yang diharapkan oleh wirausahawan adalah menemukan ide sebanyak mungkin dan membuat alat untuk menyaring ide-ide tersebut. Faktor yang memengaruhi hal ini adalah faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi yang muncul antara lain: kreativitas, toleransi terhadap ide yang ambigu, dan aktif mencari informasi.[19]
Kreativitas merupakan sifat yang dekat dengan penemuan. Besar ide inovatif yang dihasilkan oleh wirausahawan dapat dilihat dari seberapa kreatif wirausahawan tersebut. Toleransi terhadap ide yang ambigu memengaruhi bagaimana wirausahawan menyaring ide. Sementara itu, untuk membentuk alat yang bisa menyaring ide-ide tersebut, dibutuhkan kemampuan mencari informasi yang aktif. Semakin banyak infomasi yang didapat, semakin baik wirausahawan dalam menyaring ide mereka.[19]
Di sisi lain, lingkungan juga dapat memengaruhi fase ini. Wirausahawan bisa jadi mendasarkan inovasinya pada responnya terhadap lingkungan. Drucker (dalam Moore, 1986) menyatakan bahwa terdapat tujuh tipe respon yang mendasari adanya inovasi, yakni:
1.kegagalan atau keberhasilan yang tiba-tiba dibandingkan kejadian biasa,
2.ketidakselarasan antara cara berpikir wirausahawan dengan lingkungannya,
3.kebutuhan atas cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu,
4.perubahan yang tiba-tiba di dunia industri atau pasar,
5.perubahan demografis,
6.perubahan persepsi, nilai, dan atau norma di lingkungan, atau
7.pengembangan ilmu dan atau pengetahuan baru.
Selain itu, motivasi wirauahawan juga didorong oleh bagaimana lingkungan memperlakukannya, seperti: penghargaan, keragaman pilihan profesi, tekanan, pengawasan, situasi, bantuan, dan lain sebagainya. Tingginya dukungan dan bantuan bagi wirausahawan mendorong tumbuhnya kreativitas yang berperan besar dalam fase awal kewirausahaan.[19]
•Implementation
sunting
Dalam fase ini, wirausahawan melakukan beberapa hal, yakni:
1.Mengenali barang baru
2.Mengenali metode produksi yang baru
3.Membuka pasar baru
4.Membuka sumber pasokan baru
5.Reorganisasi industri[19]
Fase ini ditentukan oleh komitmen wirausahawan. Faktor personal seperti sifat berani mengambil risiko dan tingkat kepuasan terhadap bagaimana ia bekerja. Fase ini juga dipengaruhi oleh karakteristik fase sebelumnya. Kesempurnaan ide, organ usaha, dan rekan kerja memengaruhi keberhasilan wirausahawan dalam mengimplementasikan ide. Ide yang masih baru dan belum pernah didengar akan lebih susah diimplementasikan dibandingkan ide yang familiar. [20]
Selain itu, faktor lingkungan memengaruhi bagaimana implementasi ini terjadi. Copper (dalam Moore, 1986) menyatakan bahwa wirausaha akan lebih banyak muncul pada saat industri bertumbuh dengan cepat, adanya kesempatan untuk segmentasi dan modal investasi rendah. Beberapa firma yang berada di daerah dengan tingkat wirausaha tinggi akan lebih mudah mendorong orang untuk meluncurkan ide bisnisnya. [20]
•Growth
sunting
Fase terakhir dari proses kewirausahaan adaah pengembangan. Pada fase ini wirausahawan dianggap telah berhasil membutuhkan kemampuan menejerial untuk bisa memandu pertumbuhan usaha.[20]
Faktor personal yang memengaruhi fase ini antara lain pendidikan dan dan pengalaman dan kemampuan menejerial. Vesper (dalam Moore 1986) meyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman yang dimiliki, semakin besar pula kemampuan wirausahawan dalam mengenali permasalahan awal dan menyelesaikannya sebelum masalah tersebut memengaruhi jalannya usaha. Selain itu, faktor lain seperti efektifitas, struktur, iklim, dan respon lingkungan terhadap usaha memengaruhi fase ini. [21]
https://daraaaxevt.blogspot.com/2023/12/wirausaha-dalam-perekonomian-nasional.html?m=1
SEJARAH KEWIRAUSAHAAN
Istilah entrepreneur dalam bahasa Inggris diserap dari bahasa Prancis. Kata tersebut pertama kali muncul dalam kamus Perancis berjudul Dictionnaire Universel de Commerce yang disusun oleh Jacques des Bruslons dan diterbitkan pada tahun 1723. Kata entrepreneur dalam Bahasa Prancis berasal dari kata entre yang berarti antara dan prendre yang berarti mengambil.[12] Saat itu, istilah ini digunakan pada orang-orang yang membawa sesuatu di dalam perjalanan mereka melewati sesuatu yang berisiko. Pada jaman tersebut istilah adventurer "petualang" digunakan untuk merujuk pada hal yang sama.[13] Studi tentang kewirausahaan dimulai sejak akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 oleh ekonom Irlandia-Prancis Richard Cantillon.[14] Studi ini merupakan salah satu dasar ekonomi klasik.[15] Cantillon mendefinisikan istilah wirausaha pertama kali dalam karyanya Essai sur la Nature du Commerce en Général yang terbit tahun 1755,[16] sebuah buku yang dianggap oleh William Stanley Jevons sebagai "tempat lahir ekonomi politik".[17]
Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20.[butuh rujukan] Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.[butuh rujukan] Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada.[butuh rujukan] Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil.[butuh rujukan] Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.[butuh rujukan]DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.[butuh rujukan] Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.[butuh rujukan]
https://daraaaxevt.blogspot.com/2023/12/proses-kewirausahaan.html?m=1
Pendidikan tinggi kewirausahaan
PENDIDIKAN TINGGI KEWIRAUSAHAAN
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan pendidikan tinggi formal kewirausahaan,[29] yaitu
•Sekolah Tinggi Kewirausahaan Selamat Pagi Indonesia
•Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan Banau
•Universitas Bina Nusantara[30]
•Universitas Brawijaya[31]
•Universitas Battuta
•Universitas Dian Nuswantoro
•Universitas Nurtanio
•Universitas Mahendradatta
•Universitas Tabanan
•Universitas Tamansiswa
•Universitas Garut
•Universitas Megarezky
•Universitas Baiturrahmah
•Universitas Malikussaleh
•Universitas Pandanaran
•Universitas Raharja
•Universitas Muslim Buton
•Universitas Agung Podomoro
•Institut Shanti Bhuana
•Institut Teknologi Bandung[32]
•Universitas Mitra Indonesia
•Universitas Negeri Makassar[33]
•Politeknik Pertanian Negeri Kupang
•Universitas Negeri Medan[34]
•Universitas Mandala Waluya
•Universitas Dipa Makassar
•Universitas Muhammadiyah Papua
•Universitas Aisyiyah Surakarta
•Universitas Pasir Pengaraian
•Universitas Muhammadiyah Aceh
•Universitas Dinamika Bangsa
•Universitas Widya Mataram[35]
https://daraaaxevt.blogspot.com/2023/12/sejarah-kewirausahaan.html?m=1










